Thursday 13 June 2013

Resensi Novel "Jingga dalam Elegi" (2)

Posted by armaita at 01:05
Judul Buku : Jingga dalam Elegi
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Summary :
     Di tengah rasa kehilangan Angga, muncullah Ata. Tari bertemu dengan saudara kembar Ari itu di sebuah foodcourt. Sifatnya yang jauh berbeda dengan Ari dan foto 2 anak kembar yang Ata tunjukkan, membuat Tari percaya kalau keduanya benar-benar ada dan memang kembar.
    Setiap hal yang Ari lakukan pada Tari, selalu diceritakannya pada Ata. Ari pun lambat laun tahu akan kehadiran Ata. Meski begitu, ia tak berniat menghentikan sikap sok berkuasanya pada Tari. Bahkan peringatan-peringatan yang diberikan Ata padanya, dianggap sebagai tantangan.
   Hingga suatu hari, Ata mengajak Tari ke rumah Ari. Sesampainya di dalam, Ari memberi kejutan yang membuat Tari shock dan membenci Ari hingga berbulan-bulan lamanya. Tak ada Ata dalam kehidupan Tari. Selama ini, Ari dan Ata adalah orang yang sama.
   Sementara itu, orang yang benar-benar bernama Ata berada di Bekasi dengan ibunya. Di akhir cerita, Ari mengenalkan Tari di hadapan ibu dan saudara kembarnya.

Di postinganku sebelumnya, aku emang bilang kalo aku kurang suka sama ceritanya. Tapi gimana pun juga, aku mati penasaran pengen ngerti kelanjutan kisah Ari dan Tari. Apalagi setelah baca novel kedua ini. Jadi makin penasaran, balas dendam macam apa yang bakal Ata lakukan pada Ari.
Sayang yah, novel ketiga yang dinanti-nanti para pembaca belum juga terbit :(

4 comments:

Unknown on 23 April 2014 at 01:27 said... Reply Comment

kalo mau download novel Jingga dalam elegi dimana ya?

Unknown on 30 April 2014 at 04:13 said... Reply Comment

Iya aku jg mau

Unknown on 11 May 2014 at 22:10 said... Reply Comment

Download Novel Jingga Dalam Elegi

http://rudihartoyo.blogspot.com/2014/05/download-novel-teenlit-jingga-dalam-elegi.html

armaita on 15 May 2014 at 14:58 said... Reply Comment

makasih atas infonya pak rudi :-)

Post a Comment

 

A Small Town Girl Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos