Masih terbayang jelas dalam benak saya momen sakral
tanggal 7 April 2014 silam. Kala itu, seluruh warga SMA 1 Kendal mengikuti
upacara hari Senin (yang saya kira) seperti biasa. Upacara tersebut berlangsung
dengan lancar dan khidmat, terutama bagi saya dan teman-teman kelas XII yang
merasa bahwa itu merupakan upacara terakhir kami sebagai siswa/siswi SMAN 1
Kendal. Ya, karena pada tanggal 14 April 2014, kami akan mengikuti Ujian
Nasional yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia.
Pada awalnya, upacara berjalan normal, seperti
upacara-upacara yang telah kami lakukan sebelumnya. Namun kemudian, ada suatu
hal, yang tak pernah saya duga sebelumnya. Di pertengahan upacara, tiba-tiba
saja ada pembacaan puisi oleh Bu Jati, guru Bahasa Indonesia kami yang sangat
kreatif. Puisi yang dibacakan tentulah berhubungan dengan kami saat itu. Pohon
kecil yang selalu dirawat sehingga tumbuh kokoh akar dan batangnya. Seperti
itulah Bu Jati menggambarkan perjalanan kami di SMAN 1 Kendal.
Tak hanya itu. Pembacaan puisi panjang (entah berapa
bait) tersebut juga dibarengi dengan pembukaan tirai secara perlahan yang
menutupi papan besar yang sebelumnya telah dipasang di depan laboratorium biologi. Kami semua
menduga-duga, tak sabar ingin segera mengetahui apa yang tertera dalam papan
tersebut. Dalam situasi tersebut, rasa haru menyeruak dalam hati saya, juga
teman-teman. Di sekolah kami, mungkin itulah pertama kalinya kelas XII
dibegitukan.
Dan begitu tirai terbuka lebar, barulah kami sadar
bahwa saat itu, kami tengah dilepas dengan sangat indah. Dengan cara yang
istimewa.
Terima kasih Bu Jati, terima kasih Pak Narto, terima
kasih Bapak/Ibu guru, terima kasih teman-teman. Momen itu akan selalu saya kenang.
Saya dan teman-teman XII IPA 5, di bawah papan yang telah dibuka tirainya. |
0 comments:
Post a Comment