Yap, satu lagi novel serial dari Meg Cabot. Tapi, kalo
biasanya Meggy bikin novel cinta-cintaan yang ringan dibaca, kali ini dia
mencoba bikin novel yang agak ‘berat’. Mau tau seperti apa sih beratnya? Check this out!
Judul : Size 12 Is Not Fat
Penulis : Meg Cabot
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010
Alih Bahasa : Barokah Ruziani
Summary :
Menyanyikan
lagu ciptaan sendiri merupakan impian Heather Wells. Namun, ia justru dipecat
dari label rekamannya ketika menyampaikan hal tersebut. Sejak itulah dia
memutuskan untuk berhenti menjadi penyanyi pop dan beralih profesi menjadi
asisten gedung tinggal New York College.
Kesialan
yang dialami Heather tersebut lantas mengundang kesialan-kesialan lainnya.
Ibunya kabur membawa seluruh uang tabungan miliknya. Pacarnya, Jordan
Cartwright tertangkap basah sedang melakukan itu dengan Tania Trace, penyanyi ‘kemarin sore’ yang lagu-lagunya
mampu menggeser Heather dari tangga lagu pop. Ditambah lagi berat badannya yang
terus meningkat sehingga ukurannya naik dari 8 menjadi 12.
Di
tengah masa-masa sulitnya, Cooper, kakak Jordan yang tak lagi dianggap sebagai
anggota keluarga Cartwright datang padanya dan memberi tawaran untuk menginap
--bahkan tinggal di rumahnya, seolah-olah memahami masalah yang sedang dihadapi
Heather.
Sebagai
asisten gedung tinggal yang memuat 300 mahasiswa, tugas Heather cukup berat.
Menyortir surat keluhan dan memeriksa setiap berkas penghuninya, mengurus
anak-anak bermasalah, hingga menyelidiki kasus kematian yang terjadi berurutan.
Kematian
pertama dialami oleh Elizabeth yang ditemukan tewas di dasar lubang lift. Pihak
kepolisian melaporkan kematiannya disebabkan karena kecerobohannya bermain
selancar lift. Namun, Heather mencium sesuatu yang janggal. Elizabeth bukan
anak nakal, bahkan bisa dibilang alim. Dan anak seperti itu tak akan coba-coba
berselancar lift.
Sebelum
pertanyaannya terjawab, kematian selanjutnya terjadi. Roberta, gadis yang sama
alimnya dengan Elizabeth, lagi-lagi ditemukan tak bernyawa di dasar lubang
lift. Mengetahui bahwa kedua kematian tersebut mempunyai pola yang sama,
Heather tau dia harus bertindak, meskipun akhirnya dia sendiri yang harus
menghadapi kematian ketiga.
Dengan
bantuan setengah hati dari Cooper, Heather memulai penyelidikannya. Pada
awalnya, dia mencurigai Christopher Aliington, putra rektor New York College.
Namun, kecurigaannya tidak terbukti karena Chris sama sekali tidak paham apa
yang dibicarakan Heather pada malam mereka berdansa.
Lalu,
sesuatu yang buruk terjadi. Di suatu pagi ketika Jordan berusaha mengajaknya
bicara, sebuah pot dijatuhkan dari lantai 20, tempat Chris tinggal. Heather
sasaran utamanya, namun pot tersebut justru menimpa Jordan.
Tidak hanya itu. Heather juga
menjadi korban percobaan pembunuhan yang dilakukan dengan meletakkan bom pipa
yang di dalam lift. Untunglah ada seutas kabel yang bisa dijadikan pegangan.
Sekali lagi dia lolos dari kematian.
Setalah insiden tersebut,
orang-orang dekat Heather percaya bahwa kematian yang belakangan ini terjadi di
Ficher Hall bukan tanpa maksud. Pada akhirnya Heather juga menemukan ada
pembunuh lain yang berkeliaran di gedung
tinggalnya –yang pasti bukan Chris. Meski begitu, dia yakin ada garis yang
menghubungkan Chris dengan semua itu.
Berkat bantuan Cooper, Heather
menemukan ‘kunci’ yang menjawab pertanyaannya. Rachel, bosnya di Fischer Hall,
ternyata seorang yang terobsesi mendapatkan Chris. Berbekal masa lalu yang
suram dengan Chris, dia mencoba balas dendam dengan cara membunuh semua gadis
yang dekat dengan cowok incarannya tersebut.
Suatu pagi, Heather dijebak oleh
Rachel di ruangan milik Rachel. Rachel yang sudah kehilangan akal sehatnya
mengeluarkan senjata Thunder Gun dan
mengancam akan menggunakannya pada Heather. Heather yang ketakutan lantas
berlari sejauh yang dia bisa. Untunglah, ketika Thunder Gun sudah berada di depan matanya, Mrs. Allington memukul
Rachel.
Secara keseluruhan, novel ini
bagus. Kasus pembunuhan yang terjadi di Fischer Hall dituliskan oleh Meg Cabot
dengan cara yang menyenangkan, terutama karena diselingi khayalan-khayalan
Heather akan Cooper. Endingnya juga nggak terduga, berbeda dengan novel seri
selanjutnya (Size 14 Is Not Fat) yang dari awal sudah bisa ditebak siapa pelaku
pembunuhannya. Tapi, jangan membayangkan novel Meg Cabot ini sama dengan novel-novel
Agatha Christie yang sangat memeras otak. Karena pasti jauh, bahkan sangat jauh
berbeda.
0 comments:
Post a Comment